5 Tips & Strategi Mengelola Pemangku Kepentingan (Stakeholder) di Digital

Image result for 5 Tips & Strategi Mengelola Pemangku Kepentingan (Stakeholder) di Digital

Saya mengurus pemangku kebutuhan (stakeholder) dengan cukuplah serius lewat beberapa kanal, tetapi dalam tulisan ini saya cuma akan mengulas dalam kerangka digital. Jadi seseorang pelaku bisnis, konsultan serta trainer saya mempunyai banyak pemangku kebutuhan, yang perlu dijaga hubungan hingga memberi hasil yang maksimal.

Oleh karenanya saya membaginya jadi 5 langkah, serta tingkatan taktik mengurus beberapa pemangku kebutuhan ini:

Pertama, definisikan maksudnya ingin apa, hingga lebih konsentrasi apa yang pas untuk dikerjakan 

Saat bicara dalam kerangka kebutuhan kita, karena itu terdapat beberapa segi. Saya tidak cuma konsentrasi bicara masalah bagaimana tingkatkan penjualan. Sebab dalam proses tingkatkan penjualan, karena itu terdapat beberapa variabel lain, contohnya, rekam jejak baik, otoritas serta kredibilitas, lalu kepedulian sosial atau bagaimana dapat memengaruhi pendapat publik, bahkan juga kebijaksanaan pemerintah.

Beberapa faktor ini harus didefinisikan dengan jelas terlebih dulu, hingga kita dapat lihat lebih jelas kanal mana yang paling cocok, serta siapa pemangku kebutuhan yang punya pengaruh.

Ke-2, siapa pemangku kebutuhan yang akan dibidik 

Sesudah tahu apa yang ingin diraih, karena itu saya mencari tahu siapa orang yang pas untuk dibidik. Ada sangat banyak pemangku kebutuhan yang perlu diurus. Dari mulai client, calon client, pengambil ketetapan di perusahaan, beberapa influencers, orang yang punya pengaruh di industri, aparat pemerintahan, jurnalis dan lain-lain. Seringkali kita berpikir begitu sempit, cuma membuat jalinan baik sama client atau calon client. Itu memang benar untuk kebutuhan periode pendek, tetapi pemangku kebutuhan yang lain pengaruhnya besar sekali berperan periode panjang, contohnya untuk membuat rekam jejak serta otoritas. Saat Kamu tidak mempunyai rekam jejak serta otoritas yang kuat, maka gampang diganti oleh orang.

Bagaimana contoh implementasinya? Saya ingin mengedukasi warga utamanya kerahasiaan data di digital, atau literasi digital. Saya akan memetakan sebetulnya siapa yang bisa mengatakan lebih jauh masalah ini. Karena itu saya lihat, bicara langsung dengan audience akhir jadalah satu diantara tujuan, tujuan lain yang tidak kalah penting ialah alat, serta perangkat pemerintah jadi pengambil kebijaksanaan.

Saat saya sudah mengetahui siapa yang akan jadi pemangku kebutuhan, karena itu akan mempermudah saat pertanyaan selanjutnya kanal digital mana yang paling pas?

Ke-3, kanal mana yang pas untuk memengaruhi 

Kanal digital sendiri begitu bermacam. Kita harus cermat untuk mengerti kerangka, kurang lebih kanal mana yang paling cocok untuk mengemukakan rumor. Kanal digital yang dapat dipakai ada groups messenger, Facebook, Twitter, Website, Youtube, Instagram dan lain-lain. Contohnya saat saya ingin buka rumor utamanya kerahasiaan data, karena itu saya mengoptimalkan website jadi alat penting untuk lalu diberikan ke pemangku kebutuhan contohnya ke jurnalis, perangkat pemerintahan, serta yang sangat penting ialah mesin perayap.

Jurnalis serta beberapa pengambil kebijaksanaan akan buka mesin perayap, saat mereka memerlukan info tersendiri. Serta saya ingin pastikan mereka akan temukan tulisan saya, hingga saya akan diundang untuk interviu, atau memberi input. Rasional kan?

Ke empat, bagaimanakah cara kita mengurus jalinan memastikan, tidak semua mengenai materi tetapi ketulusan 

Saat saya melempar rumor masalah mengawasi jalinan baik dengan pemangku kebutuhan, ada komentar yang menarik di Facebook “mahal”. Sesudah saya bertanya selanjutnya mengapa demikian? Sebab dalam persepsinya “entertain” client saja telah mahal, ditambah lagi semua pemangku kebutuhan.

Saya malah lihat, hadirnya kanal digital membuat hubungan dengan pemangku kebutuhan bertambah gampang serta murah. Kenapa? Kita tak perlu berjumpa langsung, cukup hanya teratur menegur di Instagram, Facebook atau LinkedIn.

Saya memakai sosial media dengan karakter alamiahnya untuk merajut jalinan baik dengan semua pemangku kebutuhan. Saya rajin menegur serta menulis di kotak kometar. Apa ini bukan sisi dari merajut jalinan baik? Hingga orang tetap mengingat kita? Utamanya kan bagaimana mengawasi jalinan baik, serta itu tidak bermakna selalu harus mentraktir, ngopi bersama dan lain-lain.

Ke lima, frekwensi kontak tergantung sebegitu penting Sang Pemangku Kebutuhan, serta momen yang cocok, dan kontekstual 

Saya mengurus banyak sosial media dari Instagram, Facebook, LinkedIn, website dan masuk di beberapa puluh groups di WhatsApp, Facebook, Line serta Telegram. Saya tidak mungkin memberi perlakuan yang sama ke semua, sebab waktu saya begitu hanya terbatas. Ke-2, sering komentar akan kelihatan berisik serta lebay.

Lalu bagaimana? Saya membuat nila prioritas, mana yang akan diurus lebih intensif, serta mana yang prioritasnya lebih rendah. Pemangku kebutuhan yang begitu punya pengaruh karena itu harus dilihat dengan spesial, lebih intensif berhubungan di sosial media. Semakin banyak memberi komentar di groups, dan menolong serta turut berdiskusi saat topiknya memang berkaitan.

Bagaimana dapat memastikan mana yang mempunyai efek semakin besar? Kita butuh bereksperimen, serta mengukur efeknya tidak cuma di online dan juga off line. Contohnya saat saya menulis website, saya tidak asal bagi ke semua groups yang saya mempunyai. Saya akan mengkurasi group mana saja yang pas dengan topik ini. Ada group yang begitu strategik, karena itu content yang sifatnya tehnis serta how to tidak saya bagi disana. Tapi groups yang sifatnya bermacam, semua content akan saya bagi kesana.

Content yang saya bagi di Instagram contohnya, cuma yang sifatnya lebih mudah serta gampang diolah. Kenapa? Sebab Instagram didominasi oleh generasi yang lebih muda. Tapi saya butuh berkomunikasi dengan mereka, sebab saya ingin meremajakan merek saya. Jangan pernah cuma diingat generasi senior, tetapi dilupakan generasi muda. Sebab 10-20 tahun ke depan, merekalah beberapa pengambil ketetapan.

Bagaimana menurut Kamu, ada input? Atau ingin share pengalaman mengurus pemangku kebutuhan? Yuk dinanti di kotak kometar.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Ceyron Louis

A web designer from India. And then you write some more information about yourself like this to fill out the space that is left.

0 comments:

Post a Comment